Bocor! 95% Pemimpin Data Dunia Tak Punya Visibilitas Penuh Keputusan AI, Khawatir Agen AI Jadi Blind Spot Baru - Sebuah laporan terbaru dari Dataiku, The Universal AI Platform, mengungkap pengakuan mengejutkan dari para pengambil keputusan teknologi global. Menurut “Global AI Confessions Report: Data Leaders Edition,” hampir semua pemimpin data dunia (95%) mengakui bahwa mereka tidak memiliki visibilitas penuh atau tidak dapat menelusuri proses pengambilan keputusan yang dihasilkan oleh AI.
Laporan yang mensurvei lebih dari 800 eksekutif data senior di berbagai negara (termasuk Singapura dan Korea Selatan) ini menyoroti kesenjangan serius dalam tata kelola (governance), kurangnya penjelasan (explainability), dan bahaya dari kepercayaan yang keliru terhadap agen AI.
Paradoks AI: Akurat Tapi Berisiko
Meskipun AI semakin menjadi bagian dari operasi sehari-hari (86% responden), kekhawatiran terkait reliabilitasnya sangat tinggi. Data survei Dataiku/Harris Poll menunjukkan:
Baca juga:Colorful Rimbook S1 CK500-S, Laptop Kencang Murah untuk Harian Bertenaga Core i5-13420H
- Risiko Keputusan: 80% pemimpin data menyatakan, keputusan AI yang akurat tetapi tidak dapat dijelaskan (Black Box) jauh lebih berisiko daripada keputusan yang salah tetapi dapat dijelaskan.
- Agen AI Dipertanyakan: 52% responden menunda atau bahkan membatalkan penerapan agen AI spesifik karena kekhawatiran terkait penjelasan (explainability).
- Permintaan Bukti Kerja Minim: Hanya 19% pemimpin data yang selalu mewajibkan agen AI untuk “menunjukkan proses kerja” sebelum disetujui, menciptakan blind spot besar dalam operasi bisnis.
Tekanan Job Loss dan Kepercayaan yang Rapuh
Pemimpin data (CIO dan CDO) menanggung beban risiko terbesar di era AI. Meskipun 46% paling sering menerima pujian atas keberhasilan AI, lebih dari separuh (56%) akan paling mungkin disalahkan jika AI menyebabkan kerugian bisnis.
- Ancaman Halusinasi: 59% melaporkan bahwa halusinasi atau ketidakakuratan AI telah menimbulkan masalah bisnis yang nyata dalam setahun terakhir.
- Ekspektasi C-Suite yang Berlebihan: 73% pemimpin data mengatakan para eksekutif C-suite meremehkan tingkat kesulitan untuk mencapai reliabilitas AI sebelum masuk tahap produksi.
- Kesenjangan pandangan ini berpotensi bencana: 56% pemimpin data memperkirakan akan ada CEO yang kehilangan jabatan pada 2026 karena strategi AI yang gagal atau proyek yang terjebak di fase Proof-of-Concept (POC).
Menjembatani Kesenjangan: Dari Hype Menuju Dampak Nyata
Temuan ini menunjukkan bahwa perusahaan global sedang mempertaruhkan masa depan mereka pada sistem yang belum sepenuhnya mereka percayai.
“Kabar baiknya, sebagian besar kegagalan inisiatif AI disebabkan oleh hambatan umum yang bisa diatasi melalui peningkatan keterjelasan, keterlacakan (traceability), dan tata kelola yang kuat. Itulah cara AI bisa beralih dari sekadar sensasi (hype) menjadi sebuah dampak nyata bagi bisnis,” jelas Florian Douetteau, Co-founder and CEO, Dataiku.
Satu hal lagi yang perlu diwaspadai: 58% pemimpin data khawatir kerentanan pada kode yang dihasilkan AI adalah “potensi bencana yang tinggal menunggu waktu.” Ini menggarisbawahi urgensi bagi perusahaan untuk tidak hanya berfokus pada kecepatan implementasi, tetapi pada pondasi tata kelola dan keamanan AI yang tidak bisa ditawar.
Anda mungkin suka:Komparasi iQOO Z10 Lite vs Vivo V60 Lite 4G: Harga Selisih Sejuta, Mending Mana?




Posting Komentar