eCWbXBoqKVlcyXUNIzJr7wbcnJRa7fysuT0ds4TB
Bookmark

Studi F5 Ungkap Tradeoffs dari Percepatan Transformasi Digital

Studi F5 Ungkap Tradeoffs dari Percepatan Transformasi Digital - F5 hari ini mengumumkan ketersediaan laporan State of Application Strategy 2022. Pada iterasi kedelapan, laporan tersebut menegaskan kembali bagaimana organisasi telah dengan cepat mengubah infrastruktur IT untuk memberikan dan mengamankan layanan digital—termasuk yang membantu melakukan fungsi pekerjaan atau berkonsultasi dengan dokter—untuk kehidupan masyarakat sehari-hari.

Dengan arsitektur yang sangat terdistribusi dan lanskap ancaman yang lebih luas seiring dengan meningkatnya digitalisasi, organisasi beralih ke berbagai solusi untuk membantu mengelola kompleksitas dan mengatasi kesenjangan keterampilan IT yang semakin melebar. Namun, hasil survei juga menunjukkan adanya batu sandungan yang, jika diabaikan, akan menghambat kemajuan menuju bisnis yang lebih responsif dan gesit.

Studi F5 Ungkap Tradeoffs dari Percepatan Transformasi Digital


Surung Sinamo, Country Manager F5, Indonesia mengatakan, ”Laporan State of Application Strategy terbaru ini menunjukan adanya perubahan di antara perusahaan di Indonesia dalam hal penyampaian layanan dan pengalaman digital." 

"Semakin banyak organisasi yang mengadopsi zero trust principles dan metode bekerja jarak jauh/hybrid, yang saat ini telah menjadi norma baru di tempat kerja. Oleh karena itu, sangat penting bahwa solusi IT perusahaan saat ini harus dapat mendukung kompleksitas dan perubahan tersebut, serta mengoptimalkan penggunaan teknologi untuk membuat mereka bekerja lebih cepat dan responsif.”

Baca juga:Review Xiaomi Redmi Note 11: Layar Super AMOLED 90Hz Termurah dengan Fitur Lengkap

Secara global, studi F5 mengungkapkan bahwa upaya transformasi digital telah meningkat secara signifikan selama dua tahun terakhir, tanpa ada indikasi perlambatan. Rata-rata, organisasi mengelola ratusan aplikasi pada data centers, multiple cloud, dan edge deployments—serta lebih dari 20 teknologi pengiriman dan keamanan aplikasi yang berbeda.

Dengan portofolio yang semakin terdistribusi dan berkembang, organisasi memerlukan keamanan yang solid, dengan visibilitas menyeluruh, dan otomatisasi yang lebih besar dalam penerapan aplikasi mereka untuk menjinakkan kompleksitas yang dapat melemahkan. Pada saat yang sama, organisasi ingin terus menambah nilai bagi pelanggan, merampingkan operasi, menangkap peluang baru, dan menanggapi ancaman yang muncul secara real-time.

Studi ini juga mengungkapkan bahwa responden memberi peringkat visibilitas di lingkungan yang berbeda sebagai tantangan utama bagi mereka yang menerapkan aplikasi pada multiple cloud. Selain itu, keterampilan otomatisasi juga diidentifikasi sebagai tantangan utama lainnya. Dengan latar belakang tantangan tersebut, responden di ASEAN sangat antusias dengan integrasi sistem IT dengan teknologi sistem operasi (OT). Sementara sistem IT digunakan untuk data centric computing, sistem OT memantau peristiwa, proses, dan perangkat, serta menyesuaikan operasi perusahaan dan industri.

Mengikuti minta tentang IT/OT Convergence, responden di ASEAN juga antusias dengan Threat Intelligence dan Zero Trust. Threat Intelligence memblokir komunikasi dan serangan berbahaya yang diarahkan ke on-premises, cloud, dan hybrid environment. Sementara itu, Zero Trust membatasi hak istimewa pengguna dan teknik penggunaan akses seperti file-level encryption, data masking, serta advanced automation dan analitik lanjutan untuk mengamankan dan melindungi aplikasi dan infrastruktur.

Selain teknologi yang paling diminati responden, penerapan AI secara luas dianggap memunculkan wawasan berharga. Namun, AI yang efektif membutuhkan transparansi, integrasi, dan tata kelola data yang lebih baik daripada yang tersedia saat ini. 

Baca juga:Review Xiaomi 11T: Performa Powerful, Fitur Kelas Flagship

Demikian pula, survei global mengidentifikasi Site Reliability Engineering (SRE) sebagai bagian kunci dari teka-teki, dengan 77% mengejar SRE approaches untuk aplikasi dan sistem mereka, tetapi arsitektur perusahaan harus berkembang secara paralel untuk mendukung distributed, application-centric models dan memajukan upaya transformasi digital organisasi.

Temuan penting di antara responden di ASEAN meliputi:

  • On-premises adalah cara yang lebih disukai untuk meng-host layanan aplikasi – Masih sangat populer di kawasan ini, on-premises adalah pilihan 80,77% responden ASEAN. Cloud saat ini paling populer kedua dengan 53,85% responden melaporkan penggunaan, diikuti oleh managed service (36,64%), co-location (17,31%), dan edge (15,38%).
  • Sebagian besar responden memiliki rencana untuk deploy at edge – Meskipun tidak ada pertumbuhan yang tercatat dalam penerapan edge di ASEAN antara tahun 2021 dan 2022, 81% responden memiliki rencana untuk menerapkan aplikasi di edge. Layanan keamanan (termasuk DDoS, penipuan, dan akses) adalah jenis workload yang sebagian besar responden (45,61%) rencanakan untuk deploy at edge, diikuti oleh pengalaman digital (43,86%), pemrosesan data (38,60%), kinerja aplikasi (26,32% ), dan monitoring (24,56%).
  • Edge computing untuk efisiensi operasional – Mayoritas responden ASEAN (27,27%) menyebutkan peningkatan efisiensi operasional sebagai hasil bisnis utama yang ingin mereka capai menggunakan edge computing. Hasil lainnya yang diharapkan adalah kinerja aplikasi yang lebih baik untuk meningkatkan pengalaman konsumen (25,45%), distribusi beban kerja yang optimal (18,18%), skala sesuai permintaan global untuk jangkauan pelanggan yang lebih luas (14,55%), dan kinerja aplikasi yang lebih baik untuk meningkatkan kepuasan karyawan (14,55%).

Secara keseluruhan, hasil ini menunjukkan bahwa pengambil keputusan IT masih menghadapi keterbatasan yang terkait dengan modernisasi, business imperatives dan deployment methods saat mereka menuai manfaat dari transformasi digital. 

Organisasi menghadapi tindakan penyeimbangan berkelanjutan antara kontrol, biaya, pengalaman pelanggan dan karyawan, dan serangkaian perlindungan aplikasi dan API yang diperluas, yang menghasilkan minat yang meningkat pada analisis perilaku yang canggih dan solusi berbasis AI yang dapat menilai konteks dengan lebih baik untuk memberikan keamanan, kinerja, dan wawasan yang diperlukan untuk aplikasi adaptif.

Laporan State of Application Strategy 2022 F5 tahun 2022 mewakili hampir 1.500 pengambil keputusan IT di seluruh dunia dari berbagai industri, ukuran organisasi, dan profesi. Survei tersebut berfokus pada prioritas, tantangan, dan harapan responden untuk membentuk perspektif yang menarik tentang bagaimana organisasi mengembangkan strategi aplikasi untuk melayani kebutuhan pelanggan saat ini dan di masa yang akan datang.

Anda mungkin suka:Review Seagate One Touch 4TB, Hard Disk Eksternal Berkapasitas Besar Dilengkapi Password
Posting Komentar

Posting Komentar