Krisis Keahlian Siber 2025! 100% Perusahaan Kena Serangan, Fortinet Ungkap AI Jadi Harapan Sekaligus Ancaman Baru - Dunia bisnis global menghadapi lonjakan ancaman siber yang ekstrem. Laporan terbaru Fortinet 2025 Global Cybersecurity Skills Gap Report mengungkap realitas mengerikan: 100% organisasi mengalami setidaknya satu pelanggaran siber pada tahun 2024, naik drastis dari 80% pada tahun 2021.
Faktor utama di balik lonjakan ini adalah kesenjangan keterampilan (skills gap) yang parah, dengan kekurangan lebih dari 4,7 juta profesional keamanan siber terampil secara global. Fortinet, pemimpin global keamanan siber, menegaskan bahwa tanpa investasi berani, risiko finansial dan reputasi akan terus meningkat.
“Survei tahun ini makin menegaskan kebutuhan mendesak untuk berinvestasi pada ahli keamanan siber,” kata Edwin Lim, Country Director, Fortinet Indonesia.
“Tanpa menutup kesenjangan keterampilan, organisasi akan terus menghadapi peningkatan insiden pelanggaran dan kenaikan biaya. Ini adalah titik kritis bagi sektor publik dan swasta.”
Dampak Finansial Kesenjangan Keterampilan
Kesenjangan keahlian siber bukan hanya masalah SDM, tetapi ancaman langsung terhadap kesehatan finansial perusahaan:
Baca juga:Duel Realme 15 Pro 5G vs Realme GT 7T: Harga Sama, Mending Mana?
- Peningkatan Pelanggaran: Hampir separuh responden global (48%) mengalami lima atau lebih pelanggaran siber pada tahun 2024.
- Kontributor Utama: Mayoritas responden (68%) menyebut kekurangan keterampilan dan pelatihan keamanan IT sebagai salah satu penyebab utama terjadinya pelanggaran.
- Biaya Tinggi: Lebih dari setengah organisasi (62%) menyatakan insiden siber menelan biaya lebih dari USD 1 juta pada tahun 2024.
Paradoks AI: Harapan vs. Keterbatasan Keahlian
Organisasi sangat mengandalkan AI untuk memperkuat ketahanan keamanan siber, namun AI juga menjadi pedang bermata dua:
- AI sebagai Pahlawan: Hampir semua profesional keamanan siber (96%) berharap AI akan meningkatkan peran mereka—bukan menggantikan—dengan memberikan efisiensi dan meringankan beban kerja tim yang kekurangan staf.
- Adopsi Massif: 100% organisasi sudah menggunakan atau berencana menggunakan solusi keamanan siber berbasis AI, terutama untuk deteksi dan pencegahan ancaman.
- Ancaman Baru: Mayoritas responden (86%) mengakui AI membantu efektivitas tim, namun hampir separuh (40%) pengambil keputusan IT menyebut kurangnya staf dan keahlian AI yang memadai sebagai tantangan terbesar dalam implementasi AI yang sukses. Tanpa keahlian AI, tim tidak bisa memanfaatkan teknologi ini sepenuhnya, bahkan rentan terhadap serangan siber yang dipercanggih oleh AI.
Solusi: Sertifikasi dan Peningkatan Keterampilan Wajib
Meskipun fokus dewan direksi pada keamanan siber meningkat (94% dewan meningkatkan fokus pada 2024), kesenjangan keterampilan tetap menjadi penghalang utama. Laporan ini menegaskan pentingnya pendidikan:
- Sertifikasi Harga Mati: 90% pengambil keputusan IT lebih memilih kandidat bersertifikasi karena memvalidasi pengetahuan, menunjukkan kemampuan mengikuti perkembangan industri, dan menandakan pemahaman atas alat vendor utama.
- Komitmen Fortinet: Fortinet Training Institute, melalui program pelatihan dan sertifikasi yang luas, menyediakan Security Awareness Training (termasuk modul berfokus AI) untuk membangun tenaga kerja yang sadar keamanan. Fortinet berada di jalur yang tepat untuk melatih 1 juta orang dalam bidang keamanan siber secara global pada akhir 2026.
Menutup kesenjangan ini dengan peningkatan kesadaran, pelatihan, sertifikasi, dan adopsi teknologi yang cerdas adalah kunci untuk membangun ketahanan bisnis di tengah gelombang ancaman siber berbasis AI yang kian meningkat.
Anda mungkin suka:Benchmark AnTuTu iQOO Z10 5G Bertenaga Qualcomm Snapdragon 7s Gen 3, Sekencang Apa?




Posting Komentar