eCWbXBoqKVlcyXUNIzJr7wbcnJRa7fysuT0ds4TB
Bookmark

Sofia, Chatbot Cerdas Siap Bantu Wisatawan Muslim Temukan Makanan Halal Di Luar Negeri

Sofia, Chatbot Cerdas Siap Bantu Wisatawan Muslim Temukan Makanan Halal Di Luar Negeri - Bulan Suci Ramadan telah tiba. Dengan Ramadan dan liburan sekolah yang biasanya berdekatan, banyak keluarga yang merencanakan liburan Lebaran dan tengah tahun dalam waktu bersamaan. Direktorat Jenderal Imigrasi Republik Indonesia melaporkan bahwa ada 9,1 juta wisatawan Indonesia yang berwisata ke luar negeri, naik 8,3% dibandingkan tahun 2016 dengan 8,4 juta wisatawan.

Dengan banyaknya jumlah wisatawan Indonesia yang bepergian ke luar negeri, bagaimana kita memastikan mereka bisa tetap menikmati waktu wisata mereka, dan tetap dapat menemukan pilihan santapan halal dengan mudah? Memperkenalkan Anda kepada Sofia, sebuah chatbot yang dapat membantu wisatawan Muslim menemukan sajian halal di luar negeri.

Ketika memutuskan untuk belajar di Korea Selatan lima tahun lalu, Mikhail Goh, seorang Muslim, berpikir bahwa tidak akan sulit untuk menemukan makanan halal di negara yang merupakan salah satu kota paling kosmopolitan tersebut. Namun, apa yang ia pikirkan salah.
credit:FoodNavigator-Asia.com
Bukannya tidak ada pilihan makanan halal sama sekali, tetapi menemukannya tidaklah semudah jika dia berada di Singapura, dimana dia hanya tinggal melakukan pencarian pada situs makanan terkenal seperti HungryGoWhere, atau di Indonesia dimana sebagian besar makanannya halal.
“Jika ada situs web yang membicarakan makanan halal di Korea Selatan, tempat makan tersebut sulit untuk ditemukan, atau setiap informasi yang kutemukan kurang berguna,” ungkap Mikhail, yang kini berada di Singapura. “Sering kali, sebagai seorang wisatawan Muslim, Anda harus membuat keputusan berdasarkan informasi yang terbatas.”
“Haruskah saya menempuh perjalanan tersebut? Perjalanannya sekitar 40-45 menit berkendara, hanya berdasarkan sebuah gambar yang tidak jelas, dan sangat sedikit informasi yang bisa dipercaya,” katanya.

Beberapa tahun kemudian, putus asa dengan kurangnya informasi online, ia bersama dengan istrinya dan juga teman baiknya mulai membuat Have Halal, Will Travel (HHWT).

HHWT adalah platform konten yang membantu setiap wisatawan Muslim untuk dapat melakukan perjalanan dengan percaya diri tanpa bantuan pemandu wisata. Mereka mulai memperkenalkan platform tersebut melalui sebuah artikel tentang bagaimana menemukan makanan lokal halal seperti dim sum di Hong Kong; yang akhirnya bertumbuh menjadi ratusan artikel dan rekomendasi di situs tersebut, serta aplikasi mobile dan saluran media sosial.

HHWT menghadirkan setiap rekomendasinya dari komunitas kontributor dari berbagai belahan dunia, seperti London hingga Bangkok. Seringkali, penulis-penulis ini telah melakukan perjalanan atau hidup di kota-kota tersebut selama bertahun-tahun, memberikan wawasan yang otentik bagi setiap wisatawan cara menemukan makanan halal lokal yang terbaik, tempat beribadah, dan apa saja yang harus diperhatikan saat mengunjungi tempat-tempat tersebut.

HHWT kini menjangkau lebih dari sembilan juta Muslim di Singapura, Malaysia, dan Indonesia setiap bulannya, memberikan informasi yang berharga untuk membantu setiap wisatawan merencanakan perjalanannya ke destinasi-destinasi populer seperti Hong Kong, Jepang, London, Melbourne, dan Korea Selatan.

Dengan jumlah pembaca situs platform HHWT yang terus bertambah, menjadi jelas bahwa HHWT perlu mengembangkan infrastruktur back-end-nya untuk terus melayani ketertarikan dan permintaan basis penggunanya yang terus berkembang dengan cepat.
“Satu pertanyaan yang tim HHWT tanyakan pada diri mereka adalah bagaimana mereka dapat melayani 8.000 pengguna yang mencari pilihan makanan halal di Tokyo di platform seperti Facebook, email atau komentar website setiap hari?” jelas Mikhail.

Jawabannya sangat jelas; HHWT memerlukan sebuah chatbot.

Menggabungkan teknologi awan Azure dari Microsoft dan teknologi Language Understanding Intelligence Services (LUIS), chatbot HHWT kini dapat menjawab hampir semua pertanyaan yang para wisatawan tanyakan melalui platform tersebut setiap hari.
Baca juga:HP 14-BW099TU, Notebook Murah dengan Windows 10 Original
Diberi nama Sofia, yang dipilih melalui voting yang dilakukan para pengguna, chatbot ini online selama 24 jam dalam 7 hari, membantu setiap wisatawan dengan pertanyaan-pertanyaan mereka dari berbagai belahan dunia, tidak terbatas oleh zona waktu dimana mereka berada. Dengan Sofia, tim HHWT kini dapat secara signifikan meningkatkan tingkatengagement mereka dengan penggunanya setiap hari.

“Kami menciptakan Sofia, sederhananya karena orang-orang menanyakan kepada kami pertanyaan-pertanyaan yang kami rasa dapat dijawab dengan mudah melalui otomasi,” ujar Mikhail.
Pada waktu yang bersamaan, melalui respon dan umpan balik yang diterima dari setiap pengguna yang berinteraksi dengan Sofia, HHWT kini dapat menganalisa dan menjelaskan sesuai dengan konteks semua masukan tersebut untuk memberikan konten-konten yang lebih disesuaikan secara personal bagi setiap pengguna individu, sehingga melayani kebutuhan pelanggan menjadi lebih baik.

Hal yang menarik lainnya adalah Sofia dipersiapkan dalam waktu yang cukup singkat. Alih-alih menciptakan sebuah chatbot dari nol, tim HHWT mempercayai peralatan yang sudah ada yang disediakan oleh Microsoft pada awan untuk menciptakan Sofia, dengan bantuan mitra teknologi PleoData.

Platform awan Azure hadir dengan application programming interface (API) untuk QnA Maker; yang menjadi fondasi bagi tim tersebut untuk membuat jawaban pada pertanyaan yang sering ditanyakan. LUIS dari Microsoft kemudian memungkinkan para perancang chatbot untuk menggambarkan rangkaian data yang sudah ada, memudahkan tim untuk menganalisa apa yang setiap pengguna tanyakan.
“Menurut saya salah satu keuntungan terbesar menggunakan Microsoft Azure adalah QnA Maker,” kata Rachel Tan, Managing Director PleoData, “Teknologi ini memungkinkan perusahaan apapun untuk bisa membuat sebuah chatbot yang berfungsi, hanya dalam waktu kurang dari 7 hari kerja, yang mana merupakan sebuah kemampuan yang cukup luar biasa.”
Sangatlah membantu bahwa HHWT telah memiliki daftar pertanyaan yang sering ditanyakan (FAQs), yang kemudian dimasukkan ke dalam QnA Maker. Meskipun hal tersebut cukup untuk menghidupkan sebuah chatbot sebagai mana mestinya, tim tersebut selangkah lebih jauh dengan melakukan penyesuaian chatbot tersebut sehingga dapat menawarkan lebih banyak konten-konten yang lebih pintar kepada setiap pengguna.

Saat ini, Sofia memiliki kemampuan yang dikenal sebagai decision tree yang memungkinkan setiap pengguna untuk mempersempit jawaban yang mereka cari. Di masa yang akan datang, proses ini akan menjadi lebih sederhana dan lebih berdasarkan intuisi, dimana sistem akan secara otomatis menjawab pertanyaan dengan pengertian yang lebih mendalam, tanpa perlu mencari klarifikasi lagi.

Langkah selanjutnya, HHWT akan melibatkan mereka untuk memperdalam teknologinya dengan pembelajaran mesin. Seiring dengan rangkaian data yang semakin besar yang diperlukan untuk menjalankan chatbot, HHWT akan mampu mengembangkan konten yang kontekstual dan disesuaikan secara personal.

Hari ini, HHWT bekerja dengan badan-badan pariwisata dari berbagai negara di seluruh dunia dan brand-brand ­global untuk menjangkau komunitas Muslim. Pada waktu yang sama, mereka juga bekerja dengan setiap mitranya untuk menyediakan fitur-fitur fungsional seperti kemampuan untuk melakukan transaksi pemesanan dan pembayaran perjalanan pada situs web.
Baca juga:Xiaomi Redmi 5 Plus Review: Smartphone Kekinian dengan Harga Masuk Akal!
Dengan skalabilitas awan Azure, dan juga LUIS yang menjalankan chatbot Sofia, HHWT kini bercita-cita melakukan perluasan ke lebih banyak negara di Asia Tenggara dan lebih jauh lagi.
Apapun rencana HHWT, Goh tetap mengarahkan fokus mereka untuk dua tahun kedepan untuk membangun pengertian mereka mengenai kebutuhan dan keinginan pelanggan mereka. “Satu hal yang kami ingin tingkatkan untuk chatbot kami adalah sistem pencarian dan responnya, untuk memberikan pengertian yang lebih baik bagi kami mengenai apa yang orang-orang cari, dan dari situ, respon yang lebih baik dan konten yang lebih baik juga,” ujar Mikhail.

Sementara HHWT terus-menerus mempelajari dan mencoba mengenal audiensnya dengan lebih baik, platform online ini sedang membuat dampat yang jauh melebihi sekedar pencarian makanan. HHWT telah mengubah pola pikir setiap wisatawan.
“Sebagai seorang Muslim, saya merasa bahwa Muslim tidak perlu hanya terbatas pada kebab atau nasi biryani saja,” kata Mikhail, menyarankan bahwa mereka sebaiknya mencari ramen yang halal di Jepang atau bibimbap di Kore Selatan.
“Untuk mengerti budaya-budaya yang berbeda secara mendalam, Anda harus memakan makanan mereka, berbicara dengan bahasa mereka, dan membaur di negara mereka. Setiap Muslim tidak perlu terlepas dari peluang tersebut,” tambahnya.
Anda mungkin suka:Review Asus Zenfone Max Pro M1: Kinerja Tinggi dengan Baterai Jumbo!